Banyak pertanyaan di Malaysia tentang apakah penguncian Covid-19 baru datang terlambat

KUALA LUMPUR – Pada 5 Desember, meskipun telah mencatat lebih dari 1.000 kasus Covid-19 baru setiap hari selama sebagian besar bulan lalu dan lebih dari 100 kematian pada periode yang sama, Malaysia memutuskan untuk membuka kembali perjalanan antarnegara bagian dua hari kemudian.

Hal itu menyebabkan wisatawan akhir tahun berbondong-bondong ke tempat-tempat populer seperti Penang dan Langkawi, yang diprediksi mencatat lonjakan kasus.

Sejak itu, infeksi harian di negara itu rata-rata mendekati 2.000, dengan rekor tertinggi 3.309 pada Selasa (12 Januari). Jumlah total kasus aktif telah meningkat tiga kali lipat menjadi 32.377 pada Rabu, yang lebih dari 28.674 tempat tidur yang disediakan untuk pasien Covid-19 di rumah sakit umum dan pusat karantina.

Dengan Kementerian Kesehatan tidak punya pilihan selain mempercayai mereka yang memiliki gejala ringan untuk melakukan isolasi diri di rumah – meskipun dengan risiko mereka menularkan virus corona ke anggota keluarga dan tetangga – kembalinya perintah kontrol pergerakan yang ketat (MCO), pertama kali diperkenalkan Maret lalu, tidak bisa dihindari.

Direktur Jenderal Kesehatan Noor Hisham Abdullah memperingatkan pekan lalu bahwa berdasarkan tren yang ada, kasus harian bisa mencapai 8.000 pada pertengahan Maret dan menembus angka lima digit pada April.

Tetapi banyak pertanyaan tentang apakah MCO dua minggu, yang dimulai pada hari Rabu di lima negara bagian dan ketiga wilayah federal, telah terlambat.

“Akan lebih baik untuk memberlakukan MCO di Sabah setelah peningkatan pesat dalam kasus karena pemilihan negara bagian pada bulan September, tetapi karena tidak ada MCO, kasus-kasus itu telah berlarut-larut,” kata ketua Satuan Tugas Analisis dan Strategi Epidemiologi Covid-19 pemerintah, Profesor Awang Bulgiba Awang Mahmud, kepada The Straits Times.

Di Lembah Klang – pusat krisis – unit perawatan intensif (ICU) untuk pasien Covid-19 di beberapa rumah sakit penuh, yang berarti dokter harus membuat keputusan “hidup atau mati” bagi mereka yang sakit kritis. Rumah Sakit Sungai Buloh, pusat perawatan utama untuk kasus-kasus di Lembah Klang, telah membuka bangsal ICU baru setiap minggu.

“Ada kasus yang tidak bisa dibangsal karena semua tempat tidur rumah sakit penuh. Bahkan kasus yang membutuhkan ventilator di ICU terpaksa dikelola di zona darurat,” kata Dr Alzamani Mohammad Idrose, spesialis darurat dan trauma.

Tan Sri Dr Noor Hisham juga mengakui pada hari Rabu bahwa pemerintah harus menambah tenaga kerja yang tanpanya tidak dapat menambah lebih banyak tempat tidur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *